VIVA Jual Mahal??

Andalas Telivisi (ANTV) anak usaha dari VIVA Group

Salam sukses & profit para trader. Bagaimana kondisi portofolio Anda saat ini?? Semoga saya doakan semakin bertambah & tidak lupa saya menghimbau kembali untuk menyisihkan sebagian profit Anda untuk sedekah. 

Mungkin dari Anda pernah membaca tulisan di Blog ini mengenai rumor adanya Harry Tanoesoedibjo (HT) bos dari Group MNC membeli ANTV dari VIVA Group (baca disini) namun tampaknya mengalami jalan buntu dikarenakan harga jual yang ditawarkan oleh pihak VIVA menurut rumor yang beredar terlampau mahal.

Menurut kantor berita Reuters dikabarkan bahwa dalam penawaran "lelang" tersebut untuk VIVA dijual dengan harga range antara $1,2 milyar hingga $2 milyar (baca disini).

Menurut rumor kala itu HT menawar seharga $2 milyar (Rp 19,5 trilyun), namun dikarenakan aset dari VIVA hanya Rp 2,9 trilyun, maka HT batal atau mengurungkan niatnya kembali untuk membeli VIVA (terutama ANTV & TV ONE).

Chairul Tanjung (CT)

Lho kok ada Bpk Chairul Tanjung pemilik dari Trans Corp & PT, Bank Mega, Tbk (MEGA)? Apa hubungannya?

Ternyata menurut rumor yang beredar bahwa dia menawar VIVA seharga $1,8 milyar (Rp 17,5 trilyun) dibawah angka penawaran dari HT (baca disini). Namun hingga saat ini belum ada konfirmasi baik itu VIVA ataupun Chairul Tanjung (CT) mengenai kesepakatan tersebut. 

Menurut rumor bahwa sebenarnya VIVA akan dilepas oleh Bakrie Grup (BG) diharga sekitar Rp 1.120/lembar saham (baca disini). Namun banyak para analis melihat itu sudah terlampau mahal. Menurut rumor bahwa sebelumnya VIVA ditawar Rp 1.180/lembar saham, namun dikarenakan batal akhirnya menjadi Rp 1.120/lembar saham.

Mari kita lihat saja sekitar Juni-Juli 2013 disaat persetruan jilid 2 antara Bakrie dengan Nathaniel Rothschild. Siapapun pemilik dari TV One & ANTV kelak, maka nantinya saluran program televisi nasional hanya akan dimiliki oleh "segelintir" orang & saya harap semoga saja bukan sebagai "propaganda" politik bagi pemerintah ataupun pemilik saluran tersebut, sehingga "memecah belah" rakyat karena "perang opini" di media tersebut.